Selasa, 13 September 2016

Bara Saat Senja

Adakah di dunia ini yang seperti aku dan kamu. Yang akan berjalan beriringan nyatanya jauh dari garis yang waktu itu kita tetapkan. Mungkin kamu tidak ingat saat aku begitu sengaja mengingatnya sebagai patokan "rumahku" kelak. Sementara kamu pulang, aku memaksa diri untuk pergi ke tempat di mana kamu selalu bersepatu kumal, bertopi tentunya. 
Iya, semua seperti apa yang kamu bicarakan padaku sesaat setelah kau turun dari kereta itu. waktu itu, pasti kamu tidak ingat waktu itu. Kamu mengajakku berbicara setengah jam sebelum akhirnya aku harus pulang. Kamu berbicara hal yang aku ragukan perihal kamu yang selalu pamit, pamit dan pamit. Pun saat aku begitu rindu dan kamu tetap pamit. Ya, perihal untuk apa kamu berjalan dan terus berjalan dan sesekali memojokkanku yang terus di sini saja menunggu senja yang, aku sudah tau itu tak pasti. Tapi, aku tidak memaksamu untuk tau kalau aku tetap menunggunya.
Sendiri, aku menerobos hujan dan terik di tengah sibuk lalu lintas kota. Mungkin seperti inilah yang kamu lakukan saat kamu pamit, pamit, dan pamit lagi itu. Nyatanya, kamu yang sudah lama beginipun belum menemukan titik henti sepatu kumalmu, apalagi aku. Lalu sebenarnya apa yang aku cari, apa yang kamu cari?
Akhirnya aku menemukan Bara. Menemukan Bara saat senja di bawah peron stasiun kota.







Jakarta, 12 September 2016